Ada Kalanya Kita Perlu Mempelajari Sesuatu

27 April 2010

BONUS SETEGUK AIR MATA

Di Kafe Sufi ini, ada menu yang cukup disenangi oleh
mereka yang sedang mengalami kehausan dan rasa lapar spiritual. Karena setiap mereka yang datang selalu mendapatkan sajian minuman khas yang sangat menyegarkan jiwa, dan menaubatkan nafsu. Makanan apa pun, mereka selalu meminta pada para pelayan Kafe, “Seteguk Air Mata”.

Yang jelas ini bukan “air mata buaya spiritual” yang menetes untuk kepentingan duniawi melalui serak-serak  basah yang biasa dialunkan dengan nada-nada penuh riya’, dan berujung pada kegelapan. Kalau yang itu jelas airmata nafsu, dan tangisan nafsu, walau dibungkus dzikir dan apa saja yang mengatasnamakan
Allah swt.

Seteguk Air Mata, yang ada di kafe Sufi berasal dari Mata Air yang mengalir dari keharuan ruhani akan kebesaran dan keagungan Allah swt, dari puncak bukit ma’rifat dan mengalir ke sungai hikmah pengetahuan yang mendalam, lalu bermuara ke samudera hakikat.

Menu ini disajikan dengan gelas yang bersih dan suci, karena gelas-gelas itu adalah jiwa para penempuh Jalan Ilahi yang mukhlas.

Cobalah anda buat di rumah, dengan menu-menu sebagai berikut:
  1. Siapkan tempat dan kondisi anda sendiri, disertai kewaspadaan dan khawatir pada nafsu anda, dan cegah serta kendalikan nafsu anda itu.
  2. Bacalah ayat Allah swt, dalam Al-Qur’an:  “Engkau melihat air mata mereka meleleh karena ma’rifat mereka kepada Allah.” Dan ayat: “Mereka tidak terlena oleh perdagangan dan jual beli, untuk mengingat Allah, dan menegakkan sholat, dan memberikan zakat. Mereka takut (kepada Allah) di hari ketika hati dan mata hati bergolak.”
  3. Pergilah ke dapur dengan ucapan yang selalu terelokkan oleh keindahan dzikir bersamaNya,dengan jiwa sabar terhadap cobaan, sedangkan rahasia jiwamu senantiasa membubung ke wilayah keluhuran, fikirannya di cakrawala yang tinggi.
  4. Lalu  tafakkurlah sejenak atas nikmat Tuhannya, dan bertafakkur atas permadani kemahasucianNya.
  5. Bebaskan dirimu dari dirimu, sebelum memegang gelas piala itu. Pada saat seperti itu sampai anda menjadi budak yang merdeka, dan orang merdeka yang menjadi budak, menjadi kaya yang faqir dan menjadi faqir yang kaya. Demikian digambarkan nuansa yang mungkin lebih sebagai wacana saling kontradiktif, semisal yang maujud dan diketahui dan yang mulia dan yang dijadikan tempat kegembiraan, yang dekat dan yang terpuji, yang bicara dan yang diam, yang diterima dan yang takut, yang nyata dan yang ghaib, yang menangis dan yang tertawa.
  6. Ketika itu, tuangkan keharuan airmata hakikat ke dalam gelas jiwa yang suci, lalu jagalah agar tidak tumpah oleh guncangan hasrat nafsu dan godaan makhluk.
  7. Minumlah dengan menyebut Allah Allah Allah, dan airmatamu akan semakin mengalir usai Alhamdulillah.
Hal demikian karena anda berada dalam tangis dan tawa dalam susahmu, sedangkan susahmu berada dalam kegembiraanmu, kemuliaanmu berada dalam rasa hinamu, hinamu bercampur dengan bahagiamu, ketakutanmu berpadu dengan harapanmu, dan sebaliknya. Tak ada ketakutan yang hilang karena harapanmu, tidak pula harapan hilang karena ketakutanmu, pada saat yang sama ia bergaul dengan khalayak manusia, sedangkan hatimu bersama Allah Ta’ala.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar